PRAKTIKUM III Tata letak daun, rumus daun dan diagram daun

PRAKTIKUM III

Topik                 : Tata letak daun, rumus daun dan diagram daun.
Tujuan               : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan rumus daun serta menggambarkan bagan dan diagram daun.
Hari/tanggal      : Selasa/14 Maret 2017
Tempat              : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.
 



I.             ALAT DAN BAHAN
A.    Alat-alat :
1.      Baki/nampan
2.      Alat tulis
B.     Bahan-bahan :
1.      Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
2.      Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
3.      Tumbuhan Pandan (Pandanus sp)
4.      Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
5.      Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
6.      Tumbuhan Kelapa (Cocus nucifera L.)
7.      Tanaman Bintaro (Cerbera manghas)

II.          CARA KERJA
1.      Mengamati duduk daun pada ranting, cabang atau batang (tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan, berkarang, roset batang, roset akar, monospirostik dan tripirostik).
2.      Menentukan rumus daun : 1/2, 2/5, 3/8, dan seterusnya.
3.      Menggambar bagan dan diagram daun dari hasil pengamatan berdasarkan rumus daunnya.
4.      Mendokumentasikan tanaman dengan kamera.
III.       TEORI DASAR
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang terpisah pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang di lewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak antara kedua daun pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang di sebut sudut disvergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun dapat dilakukn dengan bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A.    Bagan Tata Letak Daun
        Untuk membuat bagan tata letak daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B.     Diagram Tata Letak Daun
        Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus di pandang sebagai kerucut memanjang, denan buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
C.     Spirostik dan Parastik
Pada suatu tumbuhan garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik ialah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula. Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi yang diberi nama lain spirostik.
Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daunnya seakan-akan mengikuti garis spiral ke kiri atau ke kanan. Garis spiral dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan menghubungkan daun-daun yang menurut ke  arah samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya ke kanan. Dari sudut situ pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Gari-garis itu disebut parastik.
IV.             HASIL PENGAMATAN
A.    Tabel hasil pengamatan
No.
Bahan
Tata Letak Daun
Rumus daun
Sudut divergensi
1.
Ranting Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Tersebar (folia sparsa)
2.
Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Berkarang
-
-
3.
Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
3 Spirostik
-
-
4.
Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Tersebar (folia sparsa)
5.
Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Tersebar (folia sparsa)
6.
Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.)
Roset Batang
-

7.
Tumbuhan Bintaro (Cerbera Manghas)
Tersebar

B.     Tabel Bagan dan Diagram daun
No.
Bahan
Bagan daun
Diagram daun
1.
Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

20170516_192039.jpg


20170516_192022.jpg
2.
Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)


20170516_192103.jpg

20170516_192053.jpg
3.
Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)


20170516_192135.jpg


20170516_192123.jpg
4.


 Tumbuhan Bintaro (Cerbera manghas)

20170516_192157.jpg

20170516_192143.jpg


 V.            ANALISIS DATA
1.        Ranting kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis )
Klasifikasi tumbuhan kembang sepatu yaitu sebagai berikut :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub Classis             : Dilleniidae
Ordo                       : Malvales
Familia                    : Malvaceae
Genus                     : Hibiscus
Species                    : Hibiscus rosa-sinensis
(Sumber : Cronquist 1981)
Berdasarkan dari hasil pengamatan, batang tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) memiliki susunan daun tunggal dengan tata letak daun tersebar. Tumbuhan ini mempunyai bentuk batang bulat, upih daun tidak ada, tangkai daun silindris, sisi atas tegak pipih dan menebal pada pangkalnya. Arah tumbuh batang tegak menuju ke atas.
Rumus tata letak daun tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) yaitu: 2/5, sehingga mempunyai sudut divergensi sebesar 144˚.
Rumus daun merupakan perbandingan banyaknya daun yang tegak lurus yang dikelilingi garis spiral pada batang (a) dan jumlah daun yang dilewati (b) = a/b. Rumus ini diperoleh dengan menentukan daun pertama sebagai patokan (∆o), kemudian menentukan daun di atasnya yang persis tegak lurus dengan daun pertama tadi, setelah itu daun yang sejajar didapatkan, baru kemudian menghitung jumlah daun pertama sampai daun yang tegak lurus tadi, tetapi untuk menghitung daunnya dimulai dari daun kedua,  pada kembang sepatu terdapat 5 daun yang melingkari batang sebanyak 2 kali sehingga ditemukanlah rumus daunnya 2/5.
Sudut divergensi : 2/5 x 360˚ = 144˚. Pada pecahan a/b (rumus daun) tersebut dapat menunjukkan jarak sudut antara dua daun yang berturut-turut yaitu a/b x besarnya lingkaran = a/b x 360˚ yang disebut dengan sudut divergensi pada kembang sepatu  sudut yang dibentuk antara dua daun yang berdekatan yang besarnya selalu sama yaitu 144˚.
2.        Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Klasifikasi tumbuhan Alamanda yaitu sebagai berikut :
Kingdom                : Plantae
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub Classis             : Asteriidae
Ordo                       : Gentiales
Familia                    : Apocynaceae
Genus                     : Allamanda
Species                    : Allamanda cathartica L.
(Sumber : Cronquist 1981)
Berdasarkan dari hasil pengamatan, Tanaman Alamanda memiliki daun yang ujungnya meruncing,sedangkan pangkal daunnya tumpul, tepi daunnya rata dan pada permukaan daunya licin. Allamanda cathartica L. duduk daun pada batang atau cabangnya berkarang, yakni setiap buku batang terdapat lebih dari dua daun (empat sampai lima daun). Karena tata letak daunnya berkarang rumus daun Allamanda cathartica L. tidak dapat ditentukan, tetapi pada duduk batang yang seperti ini dapat memperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.
3.        Tumbuhan Pandan (Pandanus sp)
Klasifikasi tumbuhan Pandan yaitu sebagai berikut :
Kingdom                : Plantae
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub Classis             : Arecidae
Ordo                       : Pandanales
Familia                    : Pandanaceae
Genus                     : Pandanus
Species                    : Pandanus sp
(Sumber : Cronquist 1981)
Berdasarkan dari hasil pengamatan, Pandan merupakan segolongan tumbuhan monokotil dari genus Pandanus. Sebagian besar dari anggotanya tumbuh di pantai-pantai daerah tropik. Anggota tumbuhan ini dicirikan dengan daunnya yang memanjang (seperti daun palem atau rumput), seringkali tepinya bergerigi. Akarnya besar dan memiliki akar tunjang yang menopang tumbuhan ini. Morfologi dari daun pandan yaitu daun dengan ujung segitiga lancip, tepi daun dan lapisan bawahnya dari pada ibu tulang daun berduri tempel (emergensia), berlilin dan warna daunnya hijau tua, daun bentuk pita serta berpelepah. Sedangkan Tata letak daun pada tanaman pandan mengikuti garis-garis ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang melingkari batang atau dapat dikatakan karena terjadi pertumbuhan batang yang tidak lurus melainkan memutar, akibatnya ortostiknya ikut memutar yang disebut spirostik. Batang tanaman pandan memperlihatkan tiga spirostik atau disebut trispirotik. Tata letak daunnya adalah roset akar. Oleh karena itu, tanaman pandan tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
4.    Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Klasifikasi tumbuhan Bayam yaitu sebagai berikut :
Kingdom                : Plantae
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Subclassis               : Caryophyllidae
Ordo                       : Caryophyllales
Familia                    : Amaranthaceae
Genus                     : Amaranthus
Spesies                    : Amaranthus spinosus L.
(Sumber : Cronquist 1981)
Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman ini merupakan herba yang berumur satu tahun atau anual, susunan  daun tunggal dan tata letak daun tersebar  dengan rumus daunnya 2/5. Batangnya basah dan berair berbentuk bulat dan mempunyai permukaan batang yang licin, tangkai daun silinder, sisinya agak pipih, daun menebal pada pangkalnya. Arah tumbuh batang tegak lurus dan tiper percabangannya adalah monopodial yaitu batang pokok tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang. Sifat batangnya sirus pendek yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas pendek selain daun. Helaian daun bulat telur dengan susunan tulang daun menyirip, pangkal daun tumpul dengan  ujung daun yang agak membulat sedangkan tepi daunnya rata.
Untuk menentukan tata letak daun maka digunakan rumus daun. Rumus daun adalah perbandingan banyaknya daun yang tegak lurus yang dikelilingi garis spiral pada batang (a) dan jumlah daun yang dilewati (b) = a/b. Rumus ini diperoleh dengan menentukan daun pertama sebagai patokan (∆o), kemudian untuk menentukan daun di atasnya yang persis tegak lurus dengan daun pertama tadi , setelah dapat baru menghitung jumlah daun pertama sampai daun yang tegak lurus tadi, pada bayam terdapat 5 daun yang melingkari batang sebanyak 2 kali sehingga ditemukan rumus daunnya 2/5.
Pada pecahan a/b (rumus daun) tersebut dapat menunjukkan jarak sudut antara dua daun yang berturut-turut yaitu a/b x besarnya lingkaran = a/b x 360˚ yang disebut dengan sudut divergensi pada bayam  sudut yang dibentuk antara dua daun yang berdekatan yang besarnya selalu sama yaitu 144˚.
5.    Tumbuhan Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi tumbuhan Pepaya yaitu sebagai berikut :
Kingdom                : Plantae
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub classis              : Dilleniidae
Ordo                       : Violales
Familia                    : Caricaceae
Genus                     : Carica
Species                    : Carica papaya L.
(Sumber : Cronquist 1981)
Berdasarkan dari hasil pengamatan, tanaman pepaya merupakan semak berbentuk pohon dengan tipe batang berkayu, lurus, bulat silindris dengan permukaan batang memperlihatkan adanya bekas-bekas tangkai daun dan pada sebelah dalam batangnya terdapat spons dan memiliki rongga. Arah tumbuh batangnya adalah memanjat dengan tipe percabangan monopodial dan merupakan tumbuhan bineal, daun berjejal pada ujung batang. Susunan daunnya tunggal dan tata letak daunnya adalah soret batang. Rumus daunnya adalah 3/8.
Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) tata letak daunnya tersebar dengan rumus daun 3/8, maksud angka 3 (tiga) tersebut adalah untuk mempertemukan daun yang satu dengan yang lain yang terletak dalam satu garis yang sama harus mengelilingi batang sebanyak tiga kali putaran, dan maksud dari angka 8 (delapan) tersebut adalah pada saat melakukan tiga kali putaran jumlah daun yang dilaluinya adalah berjumlah delapan dan perhitungannya dimulai dari daun kedua.
6.      Tumbuhan Kelapa ( Cocus nucifera L.)
Klasifikasi dari Kelapa yaitu sebagai berikut :
Kingdom                : Plantae 
Subkingdom           : Tracheobionta 
Super divisi            : Spermatophyta 
Divisi                      : Magnoliophyta 
Kelas                       : Liliopsida 
Subkelas                 : Arecidae 
Ordo                       : Arecales 
Famili                      : Arecaceae 
Genus                     : Cocos 
Spesies                    : Cocos nucifera L. 
(Sumber : Tjitrosoepomo,2007)
Berdasarkan hasil dari pengamatan, pohon kelapa mempunyai susunan daunnya membentuk roset batang sehingga tidak dapat ditentukan rumus daunnya. Menurut Gembong Tjitrosoepomo dalam bukunya Morfologi Tumbuhan jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang disebut roset batang, misalnya pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan berbagai macam palma lainnya. Batang pohon beruas dan bila pohon sudah tua, ruas-ruas tersebut akan berkurang. Batang kelapa merupakan jenis kayu yg cukup kuat, tapi sayangnya kurang baik untuk bangunan. Daun kelapa merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip.
7.      Tanaman Bintaro ( Cerbera manghas)
Klasifikasi dari Bintaro yaitu sebagai berikut :
Kingdom                   : Plantae
Divisio                      : Spermatophyta
Classis                       : Dicotyledoneae
Ordo                         : Contortae
Family                       : Apocynacea
Genus                        : Cerbera
Species                     : Cerbera manghas
(Tjitrosoepomo,2007)
Berdasarkan dari hasil pengamatan, Daun bintaro merupakan jenis daun yang tersebar sehingga dapat dihitung rumus daunnya. Untuk mengetahui rumus daun bintaro diambil satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai sebagai titik tolak. Ada 8 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang sejajar.
Jadi oleh karena itu, untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 3 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 8 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 3/8, itulah rumus daun (divergensi)nya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut. Sudut divergensi:


II.           KESIMPULAN

1.             Tata letak daun pada tumbuhan tingkat tinggi terbagi menjadi tiga, yaitu: tersebar, berhadapan-berselang, dan berkarang.
2.             Rumus daun daun dapat dilihat dari daun yang sejajar dengan berpatokan pada tercapainya garis tegak lurus dengan daun yang mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama yang merupakan b. Sehingga rumus daun adalah a/b.
3.             Bagian duduknya daun dapat diproyeksikan sebagai silinder 3 dimensi dana padanya digambar ortostik-ortostiknya demikian pula pada buku-buku batangnya. Ini berpatokan pada rumus daun yang telah baku pada umumnya.
4.             Diagram daun merupakan diagram tata letak daun, yang dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-buku batang sebagai lingkaran yang sempurna. Ini berpatokan pada sudut divergensinya maupun rumus daunnya.
5.             Tumbuhan bayam (Amaranthus spinosus L.), dan Ranting kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), tumbuhan pepaya (Carica papaya L.) dan tanaman bintaro (Cerbera manghas)  memiliki tata letak daun yang tersebar. sehingga rumus daun untuk ranting kembang sepatu dan tumbuhan bayam adalah 2/5, sedangkan rumus daun untuk tanaman pepaya dan tanaman bintaro adalah 3/8.
6.             Ranting alamanda (Allamanda cathartica L.) memiliki tata letak daun berkarang, Sehingga tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
7.             Tumbuhan pandan (Pandanus sp) memiliki tata letak daun 3spirostik. Sehingga tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
8.             Dan tumbuhan kelapa memiliki tata letak daun roset batang. Sehingga tidak dapat ditentukan rumus daunnya.



III.             DAFTAR PUSTAKA
A.    Daftar Pustaka Gambar
Aulia, kimmy. (2014). Morfologi tumbuhan praktikum  III Tata Letak Daun,Rumus Daun Dan Diagram. http://kimmyaulia.blogspot.co.id/2014/06/morfologi-tumbuhan-praktikum-iii-tata.html
Pratiwi, Rahmi. (2015). Morfologi tumbuhan praktikum  III Tata Letak Daun,Rumus Daun Dan Diagram. http://rahmipratiwibiologi14.blogspot.co.id/2015/05/morfologi-tumbuhan.html

B.     Daftar Pustaka Buku
Amintarti, Sri. (2016). Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. PMIPA FKIP UNLAM: Banjarmasin.
Cronquist, A. (1981). An Integrated System of Flowering Plants. Columbia University: New York.
Tjitrosoepomo, Gembong. (2013). Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRAKTIKUM VIII Akar dan Modifikasinya

PRAKTIKUM I BIOKIMIA Glukosa